Ketika Tabir Telah Terkuak (catatan kecil Konferensi Durban II)



Jauh dari hingar bingar politik Indonesia mengenai kasus DPT yang akan dipermasalahkan oleh pihak yang merasa dirugikan. Jauh dari hingar binger binger mengenai siapa yang layak menjadi RI-1. Jauh dari Rumah Sakit Jiwa di Jayapura yang kebanjiran ‘pasien baru’. Disana, tepatnya di Jenewa-Swiss. Tempat dimana KTT PBB Antirasisme digelar.

Kemunafikan itu semakin jelas. Mereka yang mengaku sebagai penegak demokrasi paling yahud, mereka yang mengaku pejuang HAM sejati dan mereka yang mengaku sebagai penentang rasisme…nyata-nyata malah berbuat rasis!

Ketegangan bermula ketika Presiden Iran, Ahmad Dinejad, dijadwalkan untuk menjadi pembicara pertama pada konferensi internasional tersebut. seakan kebakaran jengot, buru-buru pihak Israel bersama ‘kekasih setia’-nya mengancam akan memboikot forum. - Ya, beberapa tahun yang lalu dalam moment yang sama, Durban I, Ahmad Dinejad mengatakan dengan tegas bahwasanya tragedy Holoucust adalah kebohongan besar dan Israel harus dihapus dari peta dunia- . Tidak lupa mereka pun mengajak beberapa ‘sahabat’ mereka, negara-negara Barat. Dubes Israel untuk Swiss pun akhirnya ditarik pulang sebagai bentuk protes.

Memang siapa Israel dan Amerika? Hanya kawanan ‘monyet liar’ yang sesungguhnya tidak memiliki kehormatan dan rasa malu!

Akhirnya Singa Persia Modern, Ahmad Dinejad, pun melaksanakan “tugasnya” dengan baik. Masih seperti dulu, dengan semangat dan tegas dia mengatakan bahwasanya Israel lah pelaku rasis sejati!

"Mereka (Israel) menggunakan agresi militer berdasarkan dalih yudaisme, sehingga membuat sebuah bangsa kehilangan tanah airnya. Mereka mengirim para imigran dari Eropa, AS dan dari belahan dunia lainnya agar bisa membangun sebuah pemerintahan yang rasis di tanah jajahan mereka di Palestina," kata Ahmadinejad dalam pidatonya. Ia juga mengatakan bahwa rasalisme yang sangat mengerikan di Eropa-lah yang telah membawa sebuah kekuatan yang kejam dan represif itu ke Palestina. Beberapa pejabat Barat pun melakukan walk-out –sebagai bentuk protes- terhadap pidato ‘panas’ itu dan meneriakkan “rasis!” kepada Dinejad. Namun dunia Internasioal sepertinya sudah ‘melek’ sejarah. Gemuruh tepuk tangan malah justru mengalir untuk Dinejad. Dalam keterangan persnya usai konferensi, Ahmadinejad mempertahankan pernyataan dan mengkritik negara-negara Barat dan Eropa yang telah memboikot konferensi itu. "Menurut pendapat kami, boikot itu menunjukkan arogansi dan sikap mau menang sendiri, sikap inilah yang menjadi akar persoalan dunia saat ini," tegasnya.

-**-

Akhir-akhir ini semakin bermunculan para pejabat pemberani. Seakan tidak mau kalah satu dengan yang lainnya. Ketika Chaves sudah meredup, muncul Edrogan dan Ahmad Dinejad. Tanpa melihat latar belakang ideology mereka, dengan menjadikan Barat sebagai musuh bersama adalah salah satu cara untuk mengakhiri dominasi kapitalis-sekuler di dunia ini.

0 komentar:

Designed by Posicionamiento Web | Bloggerized by GosuBlogger